Get Gifs at CodemySpace.com

Selasa, 14 Mei 2013

Etika Berkomunikasi dalam Media Sosial


Di Indonesia pertumbuhan media social sudah sangat  pesat sekali. Sebagian besar anak muda, sudah menggunakan media social untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan lain sebagainya. Media social yang sangat berkembang saat ini adalah Twitter, Facebook, Blog, dan lain-lain. Meski bebas berinteraksi di media sosial,  kadang kita melupakan etika. Kita seyogyanya tetap menjaga sopan santun, menjaga kesopanan saat berinteraksi di sana. Internet memberikan kebebasan, namun jangan sampai kebebasan itu kita salahgunakan.  Kebebasan yang kita dapat jangan digunakan untuk menyebar fitnah, kebohongan, atau hal lain yang merugikan pihak lain. Berselancar di media sosial, juga harus dijaga sopan santun  agar kita mendapat simpati, dipercaya, serta menjadi acuan masyarakat.

Banyak pihak yang tidak mengindahkan hal itu. Misalnya menyalah gunakan media sosial seperti facebook untuk hal-hal yang negatif. Kasus terbaru adalah lomba kartun nabi. Tentu hal ini dikatakan pembuatnya bentuk kebebasan, namun hal itu menyakiti orang lain. Selain itu juga marak penipuan dengan melibatkan media sosial ini. Ada yang menipu lewat YM, Facebook, dan sebagainya. Internet adalah dunia terbuka, siapa saja bisa masuk ke dalamnya dan berbuat apa saja. Karena itu diperlukan filter. Selain undang-undang, filternya tentu dari diri kita sendiri. Dengan menerapkan etika kita bisa membuat dunia maya semakin aman dan nyaman bagi kita.

Saya sendiri merasa jauh dari sempurna ketika berinteraksi dengan orang lain dengan bahasa tertulis. Saya tidak mengetahui apakah kalimat-kalimat saya berkenan di hati atau tidak. Namun saya selalu beriktikad baik untuk tidak menyakiti hati orang lain melalui kaliman-kalimat yang saya tulis.  Berikut ini beberapa tips untuk menghindari perseteruan akibat salah memahami maksud dan makna yang disampaikan orang lain.
1. Pergunakan kalimat yang jelas dan selesai.
Pergunakan bahasa yang mudah dipahami orang lain. Pilih kata-kata yang maknanya jelas. Jangan lupa, membuat kalimat yang utuh, jangan sepotong-sepotong yang bisa membuat orang lain susah memahami maksudnya.
2. Hati-hati penggunaan huruf kecil dan besar.
Meskipun sederhana, penggunaan huruf kecil atau besar juga bermakna berbeda. Huruf besar identik dengan marah dan arogansi kita terhadap orang lain.
3. Hati-hati dengan pemilihan warna.
Hati-hati dalam memilih warna yang dipergunakan untuk mewarnai kalimat yang akan diposting. Setiap warna memiliki arti yang berbeda-beda.
4. Hati-hati memilih ikon atau simbol.
Untuk mengekspresikan isi hati, seringkali kita menggunakan ikon atu simbol untuk mewakilinya. Pilihlah ikon atau simbol yang tepat untuk menggambarkan isi hati Anda.
5. Pergunakan bahasa yang tepat dengan siapa kita berinteraksi.
Perlu kiranya kita memahami dengan siapa kita berinteraksi. Ingat, tidak semua orang senang bahasa gaul ataupun bahasa yang terlalu sopan. Salah satu cara sederhana untuk mengetahui bahasa yang yang dicocok dengan orang lain adalah dengan cara membaya gaya bahasa yang dipergunakan saat berkirim pesan menulis status ataupun merespon status orang lain.
6. Berikan respon secepat yang kita bisa.
Tidak adanya balasan atas pesan yang dikirim juga bukanlah etika berkomunikasi yang baik. Jika terjadi komunikasi tertulis via email atau chat sedangkan orang lain masih memerlukan klarisikasi, lebih baik segera diselesaikan. Jangan biarkan orang lain memberikan penilaian yang buruk dengan diri kita. Jika memang sibuk, pergunakan kata ‘maaf’ jika kita baru bisa merespon pertanyaan orang lain tersebut.

7. Jangan lari dari tanggung jawab.
Apapun yang terjadi, kita harus bertanggung jawab terhadap setiap ungkapan yang kita keluarkan dalam bentuk tulisan. Suka atau tidak suka, kita harus menerima komentar atas ungkapan yang kita buat tersebut, jangan sampai kita lari dari tanggung jawab. Ini bukan suatu etika diskusi yang baik, apalagi diskusi tersebut dilakukan oleh mereka kaum terdidik.
8. Mengakui kekurangan kita.
Janganlah marah ketika kita menerima kritik dari orang lain, jika memang kita masih ada kekurangan atau kita salah. Bersikaplah ‘jantan‘ untuk mengakui kesalahan atau kekurangan kita.

Meskipun menggunakan bahasa tulisan, namun setiap ungkapan yang kita buat menggambarkan siapa kita. Jika kita peduli dengan integritas dan reputasi diri kita, jangan pertaruhkan reputasi dan integritas diri kita rusak gara-gara kecerobohan kita dalam berkomukasi tertulis. Sebaiknya kita memastikan setiap kalimat yang kita kirimkan tidak menimbulkan makna ganda yang akan menyulut perseteruan atau rusaknya tali silaturahmi.